Sepuluh Pemain Terbaik Serie A 2011-2012
Bola.net -
Oleh: Gia Yuda PradanaSerie
A Italia musim ini sungguh luar biasa dan menghadirkan begitu banyak
aksi berkelas, 972 gol dalam 380 laga, serta sejumlah momen yang tak
terlupakan.
Dunia sudah menyaksikan bagaimana Juventus memenangi
perburuan
Scudetto dengan status sebagai satu-satunya tim yang
tak terkalahkan di Serie A musim ini dan kembali ke puncak Italia
setelah enam tahun lamanya berusaha bangkit dari keterpurukan akibat
jerat Calciopoli.
Kita juga bisa menyaksikan bagaimana AC Milan,
dengan hantaman badai cedera sepanjang perjalanan mereka, secara
fenomenal sanggup menempel ketat
Bianconeri hingga garis finis.
Bagaimana
Udinese mengalahkan empat tim dalam perebutan tempat terakhir di zona
prestisius tiga besar, bagaimana Internazionale plus duo biru langit
Lazio dan Napoli melakukan gelombang serangan demi dapat menggenggam
tiket ke Eropa, maupun bagaimana
final dash AS Roma, Parma hingga
Bologna dalam pekan-pekan pamungkas sebelum akhirnya finis dengan
raihan melebihi 50 angka pun telah sanggup mengundang decak kagum dunia.
Setiap
tim memiliki kisah sendiri. Di dalamnya, terdapat sejumlah aktor yang
memungkinkan semua itu bisa terjadi. Dari sederet bakat luar biasa itu,
pasti ada satu yang paling menonjol, yang memiliki peran paling besar
bagi kesuksesan timnya, sang protagonis, sang pemain terbaik.
Tidak
mudah menentukan para pemain terbaik itu. Selalu ada perdebatan akibat
banyaknya pertimbangan yang dijadikan dasar. Setiap individu pun berhak
melakukan penilaian, tak jarang ada yang sama, bahkan kerap pula timbul
perbedaan.
Berikut ini sepuluh protagonis terdepan, aktor utama
dari tiap-tiap kontestan dalam kompetisi kasta tertinggi Italia, di mana
classifica finale tidak dijadikan bahan pertimbangan utama.
10.
Marco Di Vaio (Bologna - Striker)Usia 35 terbukti bukan masalah
bagi eks striker Lazio, Parma dan Juventus ini. Sepuluh dari total 41
gol
Rossoblu di Serie A musim ini tercatat atas namanya. Itu pun
hanya sebagian kecil kontribusi Di Vaio bagi timnya. Di Vaio memuncaki
daftar
top scorer serta
top assist Bologna di Serie A dan
berperan besar membantu Bologna mengunci peringkat 9 dengan koleksi 51
poin. Tak ada lagi nama Di Vaio di skuad Bologna musim depan, karena Di
Vaio sudah memutuskan hijrah ke MLS.
Pelatih Stefano Pioli
memiliki penilaian sendiri tentang sang legenda.
"Namanya identik
dengan profesionalsime. Dia merupakan seorang panutan, baik di saat
berlatih maupun caranya bersikap, seorang pemain yang membuat pekerjaan
pelatih mana pun jadi lebih mudah."
Momen terbaik:
Mencetak dua gol berkelas kala Bologna menumbangkan Inter 3-0 di
Giuseppe Meazza pada bulan Februari silam.
9. Daniele De Rossi
(Roma - Gelandang)Performa Roma 2011/12 mungkin bisa
diibaratkan
rollercoaster, tapi De Rossi telah menunjukkan
perkembangan signifikan dibandingkan musim sebelumnya. Dia bahkan
berulang kali mengorbankan posisinya di lini tengah untuk membantu
barisan pertahanan, dan di momen-momen tersebut dia bahkan sanggup
menunjukkan permainan layaknya seorang bek sentral sejati.
Momen
terbaik: Saat Roma bermain imbang 1-1 melawan Juventus di Olimpico
pada 12 Desember 2011, De Rossi dipasang sebagai bek. Meski diberi peran
asing, dia tampil luar biasa seperti sudah menempati posisi itu sejak
lama, dan bahkan mencetak gol pembuka pada menit ke-5.
8.
Miroslav Klose (Lazio - Striker)Lazio bisa dibilang berjudi kala
mendatangkan Klose, 33, dengan status
free transfer dari Bayern
Munich di awal musim. Akan tetapi, semuanya terbayar lunas. Dengan
speed
yang semakin menghilang akibat termakan usia, Klose pun mengandalkan
insting predator untuk mengukuhkan namanya di Serie A. 13 Gol dan 5
assist
yang dibukukannya sebelum terkapar akibat cedera panjang menjelang
akhir musim merupakan salah satu sumbangsih Klose bagi klub barunya.
Momen
terbaik: Mencetak gol di menit 93 yang memastikan kemenangan 2-1
Lazio dalam partai
derby melawan Roma pada 16 Oktober 2011.
7.
German Denis (Atalanta/Udinese - Striker)Banyak orang
meramalkan Atalanta bakal terdegradasi bahkan sebelum tirai kompetisi
Serie A 2011/12 diangkat. Pasalnya, klub asal Bergamo ini harus
mengawali musim dengan nilai -6 akibat terbukti terlibat skandal
pengaturan skor di Serie B pada musim sebelumnya. Kenyataan berkata
lain, Atalanta finis di peringkat 12!
Semua itu tak lepas dari
peran German Denis, yang didatangkan dari Udinese dengan status
pinjaman.
Daya ledak Denis di depan gawang lawan membuatnya
sempat memimpin perburuan gelar
Capocannoniere sebelum akhirnya
menutup musim sebagai pemain tersubur kelima di Serie A musim kemarin
dengan torehan 16 gol.
Momen terbaik: Menciptakan
hat-trick
kala Atalanta menghancurkan Roma 4-1 di Atleti Azzurri d'Italia pada 26
Februari 2012 dan membuat koleksi golnya menjadi 15.
6. Diego
Milito (Internazionale - Striker)Diego Milito sempat tenggelam
di putaran pertama, tapi kemudian bangkit di putaran kedua dan
membungkam para pengkritiknya lewat serentetan gol ke gawang lawan
sebelum akhirnya finis sebagai pemain tersubur kedua dengan koleksi 27,
hanya berselisih satu dengan pemain di atasnya, Zlatan Ibrahimovic.
Momen
terbaik: Membawa Inter dua kali menaklukkan AC Milan dalam dua
Derby
della Madonnina. Milito mencetak gol tunggal kemenangan
Nerazzurri
di putaran pertama dan mengukir
hat-trick kala mereka
menumbangkan Milan 4-2 di
giornata 37. Kemenangan yang terakhir
itu itu tak hanya memuluskan langkah Inter ke pentas Eropa, tapi juga
mengakhiri perburuan
Scudetto sang rival sekota.
5.
Edinson Cavani (Napoli - Striker)Musim 2011/12 kemarin, Napoli
merupaka tim Cinderella Serie A, sempat menjadi
Capolista dan
pesaing serius dalam perburuan
Scudetto sebelum akhirnya finis di
peringkat lima. Semua itu bisa dibilang berkat
Edinson Cavani dengan 23
golnya.
Bersama Hamsik dan Lavezzi (masing-masing 9 gol), Cavani
menciptakan trisula maut di lini depan
Partenopei. Hamsik serta
Lavezzi bertugas memporakporandakan barisan pertahanan lawan, dan Cavani
lah yang melakukan tikaman terakhir dengan
power,
speed,
akselerasi serta insting membunuhnya.
Momen terbaik:
Menciptakan
hat-trick dalam
grande partita melawan AC
Milan di San Paolo pada 18 September 2011 dan membawa Napoli menang 3-1.
4.
Antonio Di Natale (Udinese - Striker)Usia boleh 34, tapi dia
tetap tajam!
Antonio Di Natale
adalah salah satu striker terbaik di ranah Italia.
Capocannoniere Serie
A 2010 serta 2011 itu ternyata masih belum kehilangan insting
predatornya dan menutup musim 2011/12 dengan torehan 23 gol.
Musim
lalu, Di Natale mencetak 28 gol dalam 36 pertandingan dan menciptakan
rasio gol terbaik ketiga di Eropa (0,78 gol per laga), di bawah dua
monster penguasa La Liga, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Musim ini,
dia berhasil mengantarkan klubnya finis di peringkat tiga dan menyabet
satu tiket ke kompetisi elit Benua Biru musim depan.
Momen
terbaik: Mencetak satu gol dari sudut sempit saat Udinese menang 2-0
atas tuan rumah Catania di
giornata pamungkas, kemenangan
keempat beruntun Udinese dan tambaha tiga angka yang memastikan
partisipasi mereka di Liga Champions musim depan.
3. Sebastian
Giovinco (Parma - Second Striker)Bagaimana bisa
Sebastian Giovinco
berada di atas Milito, Cavani maupun Di Natale? Pasti itu pertanyaan
pertama yang terbersit di benak sebagian orang.
Wajar, karena dia
hanya memperkuat Parma, yang notabene cuma sanggup finis di papan
tengah. Akan tetapi mari kita lihat secara keseluruhan, dari awal hingga
akhir musim.
Sejak berlabuh di Parma dengan status pinjaman dari
Juventus, hingga akhirnya hak kepemilikannya dibagi oleh kedua klub,
Givoinco mendapatkan lisensi untuk melakukan 'kewajiban' sebagai seorang
fantasista dan berhasil mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Dalam
bodi minimalis sang
formica atomica, terdapat semua makna dan
intisari sepakbola, dari fantasi, teknik,
speed,
assist,
hingga gol.
Giovinco merupakan sumber gol dan pencipta peluang
terbaik yang dimiliki Parma. Dia memuncaki daftar
top scorer
sekaligus
top assist klub berjuluk
Gialloblu tersebut
dengan 15 gol dan 11
assist. Tanpa kehadiran Giovinco di atas
lapangan, ibaratnya Parma sudah kehilangan 50 persen kekuatan.
Bisa
dibilang, Giovinco sudah berhasil mengerek Parma ke papan tengah
seorang diri, termasuk membantu
Gialloblu menang secara beruntun
dalam tujuh pertandingan penutup Serie A 2011/12. Selain itu, musim
kemarin merupakan musim tersubur Giovinco dalam kariernya.
Momen
terbaik: Mencetak
golazo alias gol indah saat Parma menang
2-0 di kandang Siena pada 6 Mei 2012. Dari jarak sekitar 28 meter,
Giovinco melepaskan sebuah
half-volley drive yang melambung keras
dan membentuk parabola sebelum menukik turun serta menghunjam gawang
Siena. Sejumlah portal internasional seperti
forzaitalianfootball.com
bahkan menobatkannya sebagai gol terbaik Serie A 2011/12!
2.
Zlatan Ibrahimovic (Milan - Striker)Ibra, sang
Capocannoniere
Serie A!
Ledakan 28 gol membuatnya jadi mesin gol terbaik di
Serie A musim 2011/12 kemarin, mengalahkan sejumlah nama besar lain,
seperti Milito, Cavani, hingga raja gol musim sebelumnya, Di Natale.
Tapi,
itu masih belum semua.
Dia merupakan ruh lini depan Milan,
pemain kunci
Rossoneri dalam perburuan
Scudetto melawan
Juventus. Di tengah terpaan badai cedera yang menimpa sejumlah pemain
intinya, Milan masih sanggup bersaing hingga tikungan terakhir. Semua
itu berkat
power,
skill, visi, kreativitas dan gol-gol
seorang
Zlatan
Ibrahimovic. Meski tanpa didampingi Cassano, duet sehatinya,
Ibra ternyata tak kehilangan sentuhan. Milan patut bersyukur nama Ibra
tidak termasuk dalam daftar cedera panjang mereka.
Ibra memang
sosok yang kontroversial. Dia sempat menampar wajah Salvatore Aronica
kala ditahan tanpa gol oleh Napoli. Akan tetapi, terlepas dari sisi
negatifnya, Ibra adalah striker hebat yang menciptakan rasa tidak aman
bagi barisan pertahanan tim-tim lawan karena dia mampu menerima hampir
segala jenis operan dan sanggup menciptakan gol, bahkan dari sudut
tersulit maupun kondisi nyaris mustahil sekali pun.
Dengan adanya
Ibra, lini depan Milan menjelma jadi kekuatan yang sangat menakutkan,
bahkan Milan pun mengakhiri musim dengan gelontoran 74 gol, terbaik di
antara semua kontestan Serie A.
Momen terbaik: Mencetak
dua gol saat
Rossoneri menang 4-1 di kandang Siena pada 29 April
2012. Dua gol itu membuat koleksi Ibra menjadi 26 atau melewati rekor 25
golnya dalam satu musim liga ketika masih memperkuat Inter pada musim
2008/09.
1. Andrea Pirlo (Juventus - Gelandang)Ada
satu perbedaan signifikan antara Ibrahimovic dengan
Andrea Pirlo yang membuatnya
layak menerima gelar pemain nomor satu.
Ibra bisa membuat lini
depan Milan jadi kekuatan menakutkan, sedangkan Pirlo sanggup membuat
SELURUH lini Juventus tak terhentikan.
Pirlo merupakan titik awal
serangan Juventus dan menjadi pusat kendali yang menghubungkan para
gelandang,
winger, serta striker Juventus. Terlebih lagi, dia
melakukannya tidak dengan cara biasa, tapi secara konsisten dalam level
kelas dunia.
Pirlo, 33, memang tak lagi secepat tahun-tahun
sebelumnya ketika masih berkostum Milan. Tapi, siapa yang butuh
kecepatan jika punya kemampuan untuk mengendalikan lini tengah dan
mengatur irama pertandingan dengan cara yang luar biasa?
Sang
deep-lying
playmaker dengan
set-piece skill dan
pinpoint pass-nya
adalah nyawa permainan, serta sosok
regista yang sudah lama
diharapkan oleh
La Vecchia Signora. Dia merupakan
starter reguler
Juventus dan keluar sebagai pencetak
assist terbanyak (13) serta
menjadi sosok sentral dalam keberhasilan timnya memuncaki takhta Serie A
setelah mengakhiri perlawan Milan, bekas klubnya.
Kehebatan
Pirlo dalam mengendalikan permainan terlihat jelas dari jumlah
pass yang
dilepaskannya. Pirlo mencatatkan rasio operan terbaik dibandingkan
pemain-pemain lain di Serie A 2011/12, yaitu 87 per laga. Itu jauh
dibandingkan peringkat kedua atas nama De Rossi, yang mencatatkan rasio
65,6 operan per laga. Pirlo juga terdepan dalam kategori
key pass
(3,5) serta
long ball (11,4) dan terbaik kedua untuk urusan
umpan silang akurat (2,6).
Musim 2011/12 kemarin merupakan
panggung penegasan Pirlo sebagai playmaker terbaik di Serie A. Banyak
yang percaya bahwa Pirlo adalah anugerah terindah
La Vecchia Signora
dari sang rival, AC Milan.
Momen terbaik: Menjadi
man
of the match kala membungkam Catania 3-1 di Juventus Arena pada
giornata
22 dan membawa
Bianconeri ke puncak klasemen sementara.
Pirlo menyamakan kedudukan lewat eksekusi tendangan bebas yang sudah
menjadi
trademark-nya; itu merupakan salah satu dari total tiga
gol Pirlo musim kemarin. Kemudian, sederet
set piece dan operan
fantastisnya berbuah
assist untuk gol kedua serta ketiga Juventus
di laga tersebut. Operan-operannya sungguh luar biasa. Di tengah
rapatnya pertahanan Catania, setiap bola dari kakinya seolah memiliki
jalur bebas hambatan sendiri menuju para pemain Juventus lainnya.
Penampilan yang brilian dari Pirlo!