.

ada yang mau ditanyakan silahkan tanyakan saja jangan sungkan2 saya sedia membantu dengan senang hati...

Kamis, 03 Mei 2012

tugas geografi "hidrosfer"


1.     Pengertian Hidrosfer

Hidrosfer adalah lapisan air yang ada di permukaan bumi. Kata hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti air dan sphere yang berarti lapisan. Lapisan ini meliputi samudra, laut, danau,sungai, gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di lapisan atmosfer. Bagian terbesar hidrosfer merupakan samudra dan laut. Perbandingan antara luas perairan dan daratan adalah 72 : 28.

2.     Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air secara yang berurutan secara terus-menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh pada siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin turun uap air akan mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai hujan.
3.     Jenis-jenis siklus hidrologi
Siklus pendek
Siklus pendek nerupakan suatu proes peredaran air dalam jangka waktu yang relatif cepat. Proses ini biasanya terjadi di laut. Air laut mengalami penguapan, karena adanya panas dari sinar matahari. Uap air dari penguapan naik ke atas sampai pada ketinggian tertentu mengalami kondensasi sehingga terbentuk awan. Awan semakin lama semakin besar, maka turublah sebagai hujan di ata laut. Air yang turun ini kembali ke laut dan akan mengalami penguapan lagi.
Siklus sedang
Air laut mengalami penguapan menuju atmosfer, dalam bentuk uap air karena panas sinar matahari. Angin yang bertiup membawa uap air laut ke daratan. Pada ketinggian tertentu, uap air yang berasal dari penguapan air laut, sungai, danau, terkumpul makin banyak di udara. Suatu saat uap air menjadi jenuh dan mengalami kondensasi, kemudia menjadi hujan.
Siklus panjang
Pada siklus panjang, uap air yang berasal dari lautan ditiup oleh angin ke atas daratan. Adanya pendinginan yang mencapai titik beku pada ketinggian tertentu, membuat terbentuknya awan yang mengandung kristal es. Awan tersebut menurunkan hujan es atau salju di pegunungan. Di permukaan bumi es mengalir dalam bentuk gletser, masuk ke sungai dan selanjutnya kembali ke lautan.
4.     Jenis-jenis perairan darat
Contoh perairan darat diantaranya adalah :
1. Sungai
2. Danau
3. Rawa
4. Air tanah
A. SUNGAI
       Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di laut, danau atau sungai yang lebih besar, aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari limpasan yaitu : limpasan yang berasal dari hujan, gletser, limpasan dari anak-anak sungai dan limpasan dari air tanah.
Adapun manfaat sungai bagi manusia adalah sebagai berikut :
a.
    Sumber air bagi pengairan wilayah pertanian atau irigasi dan usaha perikanan darat
b.
    Sumber tenaga listrik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
c.
    Tempat untuk mengembangbiakkan dan menangkap ikan guna memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani
d.
    Tempat rekreasi, melihat keindahan air terjun
e.
    Tempat berolahraga seperti berperahu pada arus deras, lomba dayung
f.
    Tempat untuk memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari bagi penduduk yang tinggal di tepi sungai, seperti mencuci, mandi, dsb.
Masih ingatkah kalian tentang pembagian jenis-jenis sungai?
Jenis sungai antara lain dibagi berdasarkan 2 hal yaitu :
a. Berdasarkan pola alirannya sungai dibagi menjadi 7 yaitu :
pola aliran sungai

       Pola radial sentripetal adalah pola aliran pada suatu kawah atau Crater dan suatu kaldera dari gunung berapi atat defresi lainnya, yang pola alirannya ke pusat depresi tersebut.
Pola radial Sentrifugal adalah pola aliran pada kerucut gunung beraoi atau dome yang baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng-lereng pegunungan.
       Pola Trelis adalah pola aliran yang terbentuk seperti tralis. Disini sungai mengalir sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklinal dan sinklinal yang paralel. Pola Rectangular adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur patahan, baiknya berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini merupakan pola aliran siku-siku. Pola Anular adalah variasi dari radial. terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul konsekwen, subsekwen, resekwen dan obsekwen. Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
b. Berdasarkan genetiknya dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Sungai Konsekwensi
2. Sungai Subsekwensi
3. Sungai Obsekwen
4. Sungai Resekwen
5. Sungai Insekwen
B. DANAU
       Danau adalah sebuah cekungan di muka bumi dimana jumlah air yang masuk lebih besar dari air yang keluar. Danau mendapatkan air dari curahan hujan, sungai, dan air tanah, ketiga sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau.
Adapun manfaat danau adalah untuk Irigasi, Perikanan, PLTA, Rekreasi, Olahraga, Pelayaran, dan penampungan air untuk mencegah banjir.
Penyebab terjadinya danau adalah sebagai berikut :
a.Danau Tektonik adalah danau yang terjadi karena gerakan tektonik yang menimbulkan bentuk Slenk/graben (lembah patahan) atau patahan yang diapit oleh horst (puncak patahan) dan mendapat air dalam jumlah yang cukup (air hujan, sungai, mata air).
Contoh: Danau Maninjau, Danau Tempe, Danau Poso dan Danau Tondano.
b. Danau Vulkanik adalah danau bekas laetusan gunung api menyebabkan cekungan. Apabila dasar cekungan tertutup material vulkan, maka air hujan yang tertampung di puncak gunung menjadi Danau.Contoh: Danau Maar, Danau Kaldera, Danau Kalimutu, Danau Batur.
c. Danau Vulkan-Tektonik adalah danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan letusan gunung api. Contoh : Danau Toba.
d. Danau Gletser adalah danau yang daerah-daerah dahulunya dilalui gletser menjadi kerip dan diisi air. Danau-danau ini hanya terdapat di Amerika Utara, perbatasan Kanada dan Amerika Serikat.
Contohnya : Danau Superior, Danau Michigan.
e. Danau Dolina adalah danau yang terdapat di daerah icorst dan umumnya berupa danau kecil yang bersifat temporer. Bila di dasar tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang merupakan bahan yang tak tembus air, maka air hujan yang jatuh tertampung di dolina tak dapat terus masuk ke tanah kapur, sehingga terjadilah danau dolina. Danau dolina dapat terjadi juga karena adanya air di dalam tanah kapur tinggi. Contohnya danau di sekitar gunung kidul.
f. Danau terbendung adalah danau yang berasal dari aliran lava yang membendung lembah sungai sehingga alirannya tertahan dan akhirnya membentuk danau. Disini termasuk pula danau hasil bendungan manusia yang disebut Waduk, atau dum. Contohnya : Waduk Jatiluhur, Waduk Saguling dan lain-lain.
g. Danau yang terjadi dengan sendirinya adalah danau karena permukaan buminya ada yang rendah. Contohnya danau-danau di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur terdapat di tengah-tengah daerah yang berawa-rawa.
C. RAWA
Ekosistem rawa
Bioma rawa            Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah berlumpur dengan kadar air relatif tinggi. Rawa juga dikatakan sebagai genangan air di daratan pada cekungan yang relatif dangkal. Genangan rawa bisa juga terjadi karena terjebak pada suatu daerah cekungan dan lapisan batuan di bawah rawa merupakan batuan yang impermiable.

Manfaat rawa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Rawa yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah
2. Rawa yang airnya tidak terlalu asam dapat untuk daerah perikanan
3. Sebagai sumber pembangkit listrik
4. Sebagai objek pariwisata.
Skema rawaJenis-jenis rawa dibedakan menjadi :
1.Berdasarkan sifat airnya dibagi menjadi 3:
a. Rawa Air Tawar
Adalah raw yang airnya tawar karena letaknya di pinggiran sepanjang sungai.
b. Rawa Air Payau
Adalah rawa yang airnya percampuran antara tawar dan asin, biasanya letaknya di muara sungai menuju laut.
c. Rawa Air Asin
Adalah rawa yang airnya asin dan letaknya di daerah pasang surut laut.
2. Berdasarkan keadaan airnya dibagi menjadi 3 :
a. Rawa yang airnya terlalu tergenang
Adalah rawa yang selalu tergenang airnya, tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, karena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa ini sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam dengan warna air kemerah-merahan.
b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang
Adalah rawa yang menampung air tawar dilimpahkan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif mengering pada saat air laut surut.
3. Berdasarkan letaknya dibagi menjadi 3 :
a. Rawa Pantai
Adalah rawa yang berada di muara sungai. Air pada jenis rawa ini selalu mengalami pergantian karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
b. Rawa Pinggiran
Adalah rawa sepanjang aliran sungai, terjadi akibat sering meletupnya sungai tersebut.
c. Rawa Abadi
Adalah rawa yang airnya terjebak dalam sebuah cekungan dan tidak memiliki pelepasan ke laut. Air hujan yang tertampung dalam rawa hanya dapat menguap tanpa ada aliran yang berarti.
Skema Pembagian Rawa

Air tanah ee

D. AIR TANAH
            Air tanah adalah air yang terdapat dalam pori-pori tanah atau pada celah-celah batuan. Air tanah terbentuk dari air hujan. Pada saat turun hujan, sebagian titik-titik air meresap ke dalam tanah (infiltrasi). Air hujan yang masuk itu yang menjadi adangan air tanah. Volume air yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis lapisan batuannya. Berdasarkan kenyataan tersebut terdapat pula dua jenis batuan utama, yaitu lapisan kedap (impermiable) dan lapisan tanah tidak kedap air (permeable)
            Kadar pori lapisan kedap atau tak tembus air sangat kecil, sehingga kemampuan untuk meneruskan air juga kecil. Contoh lapisan kedap, yaitu geluh, napal, dan lempung. Sedangkan kadar pori lapisan tak kedap air atau tembus air cukup besar. Oleh karena itu, kemampuan untuk meneruskan air juga besar. Contoh lapisan tembus air, yaitu pasir, padas, krikil dan kapur. Kita akan lihat bersama gambar lapisan kedap dan lapisan tak kedap pada air tanah di halaman berikutnya.
            Air bawah tanah atau sering disangka dengan air tanah, adalah air yang terdapat pada ruang antar butir batuan atau celah-celah batuan. Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh bahkan beberapa ratus meter di bawah permukaan bumi. Lapisan batuan ada yang lolos air (permeable) dan ada pula yang tidak lolos/kedap air (impermeable). Lapisan lolos air misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batuapung, dan batuan yang retak-retak, sedangkan lapisan kedap air antara lain terdiri dari napal dan tanah liat atau tanah lempung. Sebetulnya tanah lempung dapat menyerap air, namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak dapat lagi menyerap air.
Jenis-jenis air tanah
http://1.bp.blogspot.com/-pj2c0Vp9vDk/T2sSVBRDHBI/AAAAAAAABys/sJeQRul99qY/s1600/air2.jpeg            Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan atas: air tanah dangkal (air tanah preatik) yaitu air tanah yang terdapat di atas lapisan kedap air yang paling dekat dengan permukaan bumi, dan air tanah dalam (air tanah aretesis) yaitu air tanah yang terdapat pada lapisan lolos air yang terletak di antara dua lapisan batuan kedap air. Air tanah jenis ini memungkinkan terjadinya sumber air artesis, manakala ia dapat muncul sebagai mata air dengan tekanan cukup tinggi.
Menurut asal airnya, air tanah dapat dibedakan atas: air tanah yang berasal dari atmosfer (air meteorik), yaitu air tanah yang berasal dari serapan presipitasi baik dari hujan atau salju; dan air taanah yang berasal dari dalam bumi, misalnya:
- Air tanah turbir (conate water), yaitu air tanah yang tersimpan di dalam batuan sedimen;
- Air tanah juvelin (juvelin water), yaitu air tanah yang bersumber dari air yang naik dari maagma bila gas-gasnya dibebaskan melalui mata air panas.
Potensi air tanah
            Di daerah endapan, air tanah pada umumnya berupa air payu, kecuali di daerah bentukan endapan sungai delta, tanggul pantai, dan tanggul sungai, airnya berasa tawar. Air tanah bergerak secara sangat lambat baik gerak vertikal maupun horizontal, gerakan air tanah ini rata-rata hanya mencapai dua meter per hari. Pada lapisan batuan padas misalnya, gerakannya akan jauh lebih lambat, yakni hanya sekitar lima belas meter per tahun.
            Di daerah pantai sering terdapat kantong-kantong air tawar di antara serapan air asin. Kantong air tawar ini ada karena air hujan yang jatuh di atas wilayah ini mengalami perembesan ke arah bawah (infiltrasi dan perkolasi) dan akhirnya terakumulasi di bawah permukaan bumi, sehingga menyerupai suatu kantong yang sangat besar.
Wilayah air tanah
Secara vertikal, di dalam bumi terdapat berbagai wilayah air tanah, yaitu:
http://1.bp.blogspot.com/-DbSCfjPMtOo/T2sSKVDuB4I/AAAAAAAAByg/w4Nv1PYY6b4/s1600/air.jpeg
- Wilayah yang masih dipengaruhi oleh udara luar
            Pada bagian atas wilayah ini terdapat lapisan tanah yang mengandung air, yang dimanfaatkan oleh tanaman. Bila lapisan/zona ini telah jenuh maka disebut “tanah jenuh air” (field capacity). Karena adanya gaya berat, maka air di zona ini akan bergerak turun. Air yang bergerak bebas karena gravitasi lini disebut “air bebas”, yang satuannya dinyatakan dalam prosen terhadap volume tanah. Air tanah yang tidak bebas akan ditahan oleh butir-butir batuan. Jumlah air yang ditahan oleh butir-butir batuan ktersebut juga dinyatakan dengan prosen terhadap volume tanah dan disebut “kemampuan menahan air” (holding capacity).
- Wilayah jenuh air
Wilayah jenuh air mengacu kedapa kedalaman muka air tanah, yang dapat diamati dari beberapa sumur. Kedalaman wilayah jenuh air sangat ditentukan oleh kondisi topografi dan jenis batuannya.
- Wilayah kapiler air
Wilayah kapiler air merupakan peralihan antara wilayah terpengaruh udara dengan wilayah jenuh air. Air tanahnya diperoleh dari proses kapilarisasi (perambatan kie arah atas).
- Wilayah air dalam
Wilayah ini terdapat di dalam batuan, dan biasanya terletak di antara dua lapisan kedap air.
Sungai dan air tanah mempunyai hubungan yang sangat erat. Misalnya, sebagian air sungai berasal dari air tanah, sebaliknya ada air tanah yang berasal dari remebesan air sungai. Air sungai yang berasal dari air tanah dapat terjadi apabila permukaan (freatik) air tanah lebih tinggi dari pada muka air sungai. Namun apabila permukaan air tanah lebih rendah dari pada muka air sungai, maka air tanah mendapat rembesan dari air sungai.
5.     Macam-macam sungai / klasifikasi sungai
Klasifikasi sungai berdasarkan arah alirannya
a) Sungai konsekuen adalah sungai yang arah aliran airnya searah dengan kemiringan lerengnya.
b) Sungai subsekuen adalah sungai yang arah aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekuen.
c) Sungai resekuen adalah sungai yang arah aliran airnya sejajar dengan sungai konsekuen.
d) Sungai obsekuen adalah sungai arah aliran airnya berlawanan dengan sungai konsekuen.
e) Sungai anteseden adalah sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi            pengangkatan daerah yang dilaluinya.
f)  Sungai reverse adalah sungai yang kekuatan erosi ke dalammya tidak mampu mengimbangi      pengangkatan daerah yang dilaluinya. Oleh karena itu arah aliran sungai ini berbelok menuju        ke tempat lain yang lebih rendah
g) Sungai insekuen ialah sungai yang arah aliran airnya tidak mengikuti perlapisan batuan sehingga arahnya tidak menentu.

KLASIFIKASI SUNGAI BERDASARKAN POLA ALIRANNYA

a.       Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
b.      Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini berkembang pada daerah rekahan dan patahan.
c.       Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
d.      Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
e.       Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah glacial bagian bawah.
f.       Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik. Berkembang pada vulkan atau dome.
g.      Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
h.      Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan keras.
i.        Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
j.        Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut :
http://3.bp.blogspot.com/-hZGw83kNKnA/TxGYNgfFOxI/AAAAAAAAAKY/u1cjCORRWr4/s320/SUNGAI+2.jpg

Klasifikasi sungai berdasarkan volume airnya
a)      Sungai permanen: sungai yang volume airnya tetap stabil. Contoh, sungai yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Papua
b)      Sungai periodik : sungai yang volume airnya melimpah saat musim hujan, dan berkurang bahkan  kering saat musim kemarau. Contoh, sungai di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
c)      Sungai episodik : sungai yang saat musim hujan airnya melimpah dan saat musim kemarau airnya kering.
Klasifikasi sungai berdasarkan sumber airnya
a)      Sungai hujan, sungai yang sumbernya berasal dari air hujan.
b)      Sungai gletser, sungai yang seumbernya berasal dai es yang mencair.
c)      Sungai campuran, sungai yang sumbernya berasal dari air hujan dan es yang mencair.
Klasifikasi sungai berdasarkan lapisan batuan yang dilalui
a)      Sungai anaklinal, sungai yang arah alirannya mengalami perubahan karena tidak mampu mengimbangi pengangkatan batuan.
b)      Sungai antesedan, sungai yang arah alirannya tetap karena mampu mengimbangi pengangkatan batan.
c)      Sungai epirogenesa, sungai yang terus-meneruans mengikis batuan yang dilaluinya sehingga mencapai batuan induk.
Klasifikasi sungai berdasarkan kondisi fisiknya
a)      Sungai bagian hulu, ciri-cirinya yaitu arusnya deras, terjadi erosi vertikal,
tidak ada sedimentasi, terdapat kenampakan air terjun, lembah sungai berbentuk huruf V cembung dan terdapat batu besar berujung runcing.
b) Sungai bagian tengah, ciri-cirnya yaitu arusnya sedang, terjadi ersosi vertikal dan horizontal, ada sedikit sedimentasi, mulai terjadi meander, lembah sungai berberntuk huruf V cekung, terdapat batu besar berujung bulat.
c) sungai bagian hilir, ciri-cirinya arusnya tenang, terjadi erosi horizontal, lembah sungai berbentuk huruf U, terdapat delta, terdapat batuan kecil berujung bulat.
6.     Bagian-bagian sungai
1. Bagian Hulu
Bagian hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai. Biasanya bagian ini terletak di pegunungan. Pada bagian ini, lembah sungai memiliki bentuk menyerupai huruf V. Ciri-cirinya adalah, sungai-sungai di bagian hulu memiliki aliran yang sangat deras dan sungai-sungainya lumayan dalam. Hal ini dikarenakan karena
1. Bagian Hulu

Bagian hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai. Biasanya bagian ini terletak di pegunungan. Pada bagian ini, lembah sungai memiliki bentuk menyerupai huruf V. Ciri cirinya adalah, sungai sungai dibagian hulu memiliki aliran yang sangat deras dan sungai sungainya lumayan dalam. Hal ini di karenakan karena leteknya yang di daerah pegunungan yang memiliki kemiringan cukup curam. Sehingga air akan sangat cepat untuk mengalir ke bawah. Proses yang terjadi disini adalah proses erosi. Proses erosi sendiri diakibatkan oleh aliran yang sangat deras tadi. Karena aliran ini juga lah, air akan menggerus sungai dengan sangat cepat, sehingga lembah sungai ini membentuk huruf V.

2. Bagian Tengah

Bagian tengah adalah lanjutan dari bagian hulu tadi. Bagian tengah biasanya memiliki cirri lembah sungai membentuk huruf U. Hal ini dikarenakan kondisi lokasinya yang tidak curam lagi, melainkan landai. Hal ini mengakibatkan aliran air tidak begitu deras. Karena air tidak terlalu deras, maka proses erosi disini sidah tidak begitu dominan. Masih ada proses erosi, tetapi itu kecil sekali. Proses yang dominan terjadi di daerah ini adalah transportasi. Maksudnya adalah, hasil dari erosi yang terjasi di bagian hulu tadi, dibawa oleh air menuju ke daerah bawahnya, kearah hulu.

3. Bagian Hilir

Bagian hilir adalah bagian sungai terakhir, yang akhirnya bagian ini akan mengantar sungai itu ke laut (muara). Ciri cirri bagian ini adalah, lembah sungai disini tidak berbentuk V atau U lagi, tetapi lebih menyerupai huruf U yang lebar. Sungai di daerah hilir ini biasanya sudah ber-meander (Berliku liku). Di daerah ini proses yang dominan adalah sedimentasi. Artikel partikel hasil erosi di bagian hulu, yang kemudian di transportasi di bagian tengah, akan di endapkan di bagian hilir ini. Jika sungai bermuara di laut yang permukaan bawah lautnya landai, dan arus / gelombangnya tidak besar, maka kemungkinan akan terbentuk delta.

http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ0dkiUCuTmeELxBoaPpaHY15F7VIuvQwzDXsRTIhOuKUFI3KP3
7.     Pola aliran sungai
a.       Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTBT3H73oOtWyjiWD3kfzLgCU20pG4hY0ipr1aCWxh0kF0K86Z9
b.      Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini berkembang pada daerah rekahan dan patahan.  
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTOGyD2TiFgF3amkGTo2pWUzpigHeOMRlGXQku76TNOmF4d5EJAQQ
c.       Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
d.      Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
e.       Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah glacial bagian bawah.
f.       Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik. Berkembang pada vulkan atau dome.
g.      Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
h.      Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan keras.
i.        Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
j.        Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut :


http://puguhdraharjo.files.wordpress.com/2010/03/puguh-dwi-raharjo-karakteristik-pola-aliran1.jpg?w=445&h=648&h=648

8.     Upaya Pelestarian Sungai
1. Melestarikan Hutan di Hulu Sungai
Agar tidak menimbulkan erosi tanah di sekitar hulu sungai sebaiknya pohon-pohon atau pepohonan tidak digunduli atau ditebang atau merubahnya menjadi areal pemukiman penduduk. Dengan adanya erosi otomatis akan mambawa tanah, pasir, dan sebagainya ke aliran sungai dari hulu ke hilir yang sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.
2. Tidak Buang Air di Sungai atau Kali
       Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah perbuatan yang salah. Kesan pertama dari tinja atau urin yang dibuang sembarangan adalah bau dan menjijikkan. Ekskresi juga merupakan salah satu medium yang paling baik untuk perkembangan bibit penyakit dari mulai penyakit ringan sampai ke penyakit yang berat dan kronis. Oleh sebab itu janganlah boker dan beser di sembarang tempat.
3. Tidak Membuang Sampah Ke Sungai
Sampah yang dibuang secara sembarangan ke kali akan menyebabkan aliran air menjadi mampet. Selain itu sampah juga menyebabkan sungai cepat dangkal dan akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan. Sampah juga membuat sungai tampak kotor, tidak terawat, terkontaminasi, dan lain sebagainya.
4. Tidak Membuang Limbah Rumah Tangga dan Industri
Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri yang berupa limbah cair adalah dengan membuangnya ke sungai. Namun apakah limbah itu aman dan layak untuk dibuang ke sungai? Hal itu membutuhkan penelitian dan proses perubahan secara kimia yang tentu saja akan menambah biaya operasional perusahaan. Pemerintah melalui kementrian lingkungan hidup telah membuat tata cara serta aturan untuk pembuangan limbah yang benar-benar ketat. Limbah yang dibuang secara asal-asalan tentu saja bisa menimbulkan berbagai gangguan masyarakat mulai dari bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap air tanah, gangguan kulit, serta masih banyak lagi gangguan kesehatan lain yang merugikan.
5. Menata agar tidak banyak bangunan yang berdiri di dekat sungai
6. Tidak melakukan pengerukan pasir


9.     DAS (Daerah Aliran Sungai)
Gambar 1. Skema sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS).
Karena air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah sepanjang lereng maka garis batas sebuah DAS adalah punggung bukit sekeliling sebuah sungai. Garis batas DAS tersebut merupakan garis khayal yang tidak bisa dilihat, tetapi dapat digambarkan pada peta.Batas DAS kebanyakan tidak sama dengan batas wilayah administrasi. Akibatnya sebuah DAS bisa berada pada lebih dari satu wilayah administrasi. Ada DAS yang meliputi wilayah beberapa negara (misalnya DAS Mekong), beberapa wilayah kabupaten (misalnya DAS Brantas), atau hanya pada sebagian dari suatu kabupaten.
Tidak ada ukuran baku (definitif) suatu DAS. Ukurannya mungkin bervariasi dari beberapa hektar sampai ribuan hektar. DAS Mikro atau tampungan mikro (micro catchment) adalah suatu cekungan pada bentang lahan yang airnya mengalir pada suatu parit. Parit tersebut kemungkinan mempunyai aliran selama dan sesaat sesudah hujan turun (intermitten flow) atau ada pula yang aliran airnya sepanjang tahun (perennial flow). Sebidang lahan dapat dianggap sebagai DAS jika ada suatu titik penyalur aliran air keluar dari DAS tersebut.
A.  Pengertian
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh punggungpunggung bukit yang menampung air hujan dan mengalirkannya melalui saluran air, dan kemudian berkumpul menuju suatu muara sungai, laut, danau atau waduk.
DAS mikro (micro catchment) adalah suatu cekungan pada bentang lahan yang airnya mengalir pada suatu parit. Parit tersebut kemungkinan memiliki aliran selama dan sesaat sesudah hujan turun (Intermitten flow) atau ada pula yang aliran airnya sepanjang tahun (perennial flow).
Menurut Dictionary of Scientific and Technical Term (Lapedes et al ., 1974), DAS (Watershed) diartikan sebagai suatu kawasan yang mengalirkan air kesatu sungai utama. Dikemukakan oleh Manan (1978) bahwa DAS adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh punggung bukit atau gunung, dimana semua curah hujan yang jatuh diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya bermuara kelaut.
Sebuah DAS yang menjadi bagian dari DAS yang lebih besar dinamakan sub DAS; merupakan daerah tangkapan air dari anak sungai.
DAS dapat dibagi ke dalam tiga komponen yaitu: bagian hulu, tengah dan hilir. Ekosistem bagian hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur aliran. Ekosistem tengah sebagai daerah distributor dan pengatur air, sedangkan ekosistem hilir merupakan pemakai air. Hubungan antara ekosistem-ekosistem ini menjadikan DAS sebagai satu  kesatuan hidrologis. Di dalam DAS terintegrasi berbagai faktor yang dapat mengarah kepada kelestarian atau degradasi tergantung bagaimana suatu DAS dikelola.
Di pegunungan, di dataran tinggi dan dataran rendah sampai di pantai dijumpai iklim, geologi, hidrologi, tanah dan vegetasi yang saling berinteraksi membangun ekosistem. Setiap ekosistem di dalam DAS memiliki komponen hidup dan tak-hidup yang saling berinteraksi. Memahami sebuah DAS berarti belajar tentang segala proses-proses alami yang terjadi dalam batas sebuah DAS.

Sebuah DAS yang sehat dapat menyediakan:

·                     Unsur hara bagi tumbuh-tumbuhan
·                     Sumber makanan bagi manusia dan hewan
·                     Air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya
·                     Tempat berbagai aktivitas manusia dan hewan

Beberapa proses alami dalam DAS bisa memberikan dampak menguntungkan kepada sebagian kawasan DAS tetapi pada saat yang sama bisa merugikan bagian yang lain. Banjir di satu sisi memberikan tambahan tanah pada dataran banjir tetapi untuk sementara memberikan dampak negatif kepada manusia dan kehidupan lain.

B.  Upaya pengendalian DAS
·      Pengelolaan dan konservasi lahan pertanian.
·      Pembuatan dan pemeliharaan saluran air, bangunan terjunan air dan sebagainya.
·      Peningkatan penutupan lahan melalui penerapan teknik agroforestri, hutan rakyat, hortikultura buah-buahan, penanaman hijauan pakan ternak dan perikanan darat.
·      Pemeliharaan tebing sungai.
·      Pengembangan infrastruktur yang sesuai, misalnya pembangunan sarana irigasi.

Permasalahan pokok yang dijumpai dalam DAS adalah:

  • degradasi lahan (erosi)
  • penurunan kualitas air
  • kekeringan dan banjir
  • pendangkalan sungai, danau atau (perubahan debit sungai) waduk oleh sedimen

Pengelolaan DAS bertujuan untuk:
  • Mengkonservasi tanah pada lahan pertanian.
  • Memanen/menyimpan kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau.
  • Memacu usahatani berkelanjutan dan menstabilkan hasi l panen melalui perbaikan pengelolaan sistem pertanian.
  • Memperbaiki keseimbangan ekologi (hubungan tata air hulu dengan hilir, kualitas air, kualitas dan kemampuan lahan, dan keanekaragaman hayati).
  • Terciptanya kondisi hidrologis DAS yang optimal.
  • Meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat.
  • Tertata dan berkembangnya kelembagaan formal dan informal masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS dan konservasi tanah.
  • Meningkatnya kesadaran dan partisipasi mayarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS secara berkelanjutan.

Tabel Masalah Das & Alternatif teknik mengatasinya
Hutan dan hubungannya dengan pengelolaan DAS :
Hutan mempunyai peranan penting dalam mengkonservasi DAS. Dengan semakin berkurangnya hutan, maka timbul berbagai masalah dalam pengelolaan DAS, karena hutan mempunyai sifat:
  • Meredam tingginya debit sungai pada musim hujan, dan berpotensi memelihara kestabilan aliran air sungai pada musim kemarau
  • Mempunyai serasah yang tebal sehingga memudahkan air meresap ke dalam tanah dan mengalirkannya secara perlahan ke sungai. Selain itu, lapisan serasahnya juga melindungi permukaan tanah dari gerusan aliran permukaan sehingga erosi pada tanah hutan sangat rendah.
  • Mempunyai banyak pori makro dan pipa di dalam tanah yang memungkinkan pergerakan air secara cepat ke dalam tanah.
TABEL PENGELOLAAN DAS
Gambar 1.1 Kerangka pikir pengelolaan terpadu DAS
C.  Manfaat DAS
·      mengalirkan air
·      menyangga kejadian puncak hujan
·      melepas air secara bertahap
·      memelihara kualitas air
·      mengurangi pembuangan massa (seperti tanah longsor)

D.  Contoh DAS
DAS Seputih merupakan salah satu dari 5 DAS terbesar di Propinsi Lampung, yang memiliki variasi debit air yang menunjukkan terjadinya kekurangan air pada musim kemarau dan kelebihan air dimusim hujan. DAS Seputih panjangnya + 249 km dengan luas + 1.184 km2, yang berbatasan dengan DAS Tulang Bawang di sebelah utara dan DAS Sekampung di sebelah selatan. DAS Seputih terdiri dari beberapa Sub-DAS, yaitu: Sub-DAS Way Terusan, Way Gepong, Way Lempuyang, Way Pengubuan, Way Punggur, Way Tatal, Way Tipo, Way Komering, Way Tulang Waya, Way Tataian, Way Pegadungan, Way Batang Hari, dan Way Raman. Aliran Sub-DAS tersebut di atas melewati berbagai rona lingkungan seperti: kawasan industri, pemukiman, dan pertanian, yang berpotensi terjadinya penurunan kualitas air hingga menimbulkan pencemaran terhadap aliran badan sungai tersebut.


10.                          Danau
Pengertian
Danau adalah tubuh air dalam jumlah besar yang menempati basin di wilayah daratan. Suatu genangan dapat disebut danau jika paling tidak memiliki tiga kriteria sebagai berikut.
a. Mempunyai permukaan air yang cukup luas sehingga mampu menimbulkan gelombang.
b. Air cukup dalam sehingga terdapat strata suhu pada kedalaman air tersebut.
c. Vegetasi yang mengapung tidak cukup untuk menutupi seluruh permukaan danau.
A. Klasifikasi Danau
secara morfologis Danau dapat diklasifikasikan menjadi berikut :
a.    Danau glasial
Danau glasial dapat terjadi sebagai akibat adanya erosi dan pengendapan yang diakibatkan oleh aktivitas gletser di lereng-lereng bukit atau pegunungan. Contoh dari danau glasial dapat kita temui pada Danau Stanley di Idaho, AS; Danau Michigan di Michigan, AS; dan Danau Huron di Kanada.
b. Danau vulkanik
Danau vulkanik terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanik. Kaldera yang terbentuk akibat letusan gunung berapi, tergenang oleh air hujan. Danau seperti ini disebut juga danau crater. Beberapa danau vulkanik dapat ditemui di Indonesia, seperti kawah Gunung Kelud, kawah Gunung Tangkuban Perahu, dan Danau Maninjau di Sumatera Barat.
c. Danau tektonik
Danau tektonik terbentuk akibat gerakan lempeng tektonik. Gerakan lempeng tektonik ini dapat menyebabkan terjadinya patahan sehingga terbentuk lembah (slenk), kemudian terisi oleh air hujan dan membentuk suatu genangan yang disebut danau. Contoh danau jenis ini adalah Danau Singkarak dan Danau Towuti.
d. Danau tektovulkanik
Danau tekto-vulkanik terbentuk akibat adanya kegiatan tektonik dan vulkanik. Adanya kegiatan tektonik memacu kegiatan vulkanik sehingga terjadi patahan dan gunung berapi. Bekas gunung berapi tersebut menjadi suatu basin yang kemudian terisi air hujan sehingga terbentuk danau. Contoh danau tekto-vulkanik adalah Danau Toba.
Danau Toba
e. Danau karst
Danau karst terbentuk akibat adanya proses solusi atau pelarutan kapur oleh air sehingga terbentuk suatu dolina/dolin. Jika dolina ini terisi oleh air hujan maka terbentuklah danau karst. Proses solusi kapur juga akan menyebabkan terjadinya subsiden atau runtuhan sehingga terbentuk suatu basin yang jika terisi oleh air hujan akan terbentuk suatu genanganyang disebut danau. Danau seperti ini dapat kita temui di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.
f. Danau aliran
Danau aliran dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu danau oxbow, danau lateral, dan danau delta. Danau aliran terjadi akibat pemotongan meander sehingga terbentuk sisa aliran yang tertinggal. Jika sisa aliran tersebut terisi air maka terbentuklah danau oxbow.
Danau aliran juga dapat terjadi akibat sedimentasi yang besar sehingga menutup muara anak sungai dan terbentuk genangan di muara anak sungai. Danau ini disebut danau lateral. Jika genangan air ini terjadi di daerah delta maka terbentuk danau delta
g. Danau laguna
Danau laguna terjadi akibat kombinasi kerja antara angin dan ombak yang menyebabkan terjadinya tanggul-tanggul pasir di sepanjang pantai dan kemudian membentuk suatu laguna.
h. Danau buatan (waduk)
Danau buatan terjadi akibat adanya pembendungan sungai yang dilakukan oleh manusia. Contoh dari danau jenis ini adalah Waduk Saguling, Waduk Gajah Mungkur, dan Waduk Kedungombo.
B.  Manfaat Danau
Danau sebagai tempat penampungan air mempunyai manfaat untuk kehidupan manusia dan penyeimbangan lingkungan sekitar. Manfaat danau bagi kehidupan antara lain sebagai berikut.
a. Danau sebagai pembangkit listrik
Air danau digunakan untuk meggerakan turbin. Turbin tersebut akan menggerakkan motor dan menghasilkan tenaga listrik, misalnya di Danau Buatan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat.
b. Tempat rekreasi
Danau dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi air. Misalnya, rekreasi perahu, pemancingan, dan pemandangan alam. Tempat-tempat ini ada di Danau Bedugul di Bali dan Danau Toba di Sumatera Utara.
c. Perikanan darat
Perikanan darat dengan cara menggunakan jaring terapung maupun keramba banyak dijumpai padadanau-danau yang ada di Indonesia. Misalnya, Danau Buatan Waduk Darma di Kuningan Jawa Barat.
d. Pengendali banjir
Danau mengatur volume air yang akan dikeluarkan ke sungai melaui outlet sungai di danau tersebut. Misalnya, Danau Buatan Sermo di Kulonprogo yang mengaliri air sungai di wilayah Yogyakarta.
C.  Contoh Danau
·         Danau Great Salt di AS misalnya, tingkat penguapan yang terjadi lebih besar dibanding pengembunan dan hujan, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi kadar garam dan airnya terasa asin.

http://3.bp.blogspot.com/-okz2Lz2ULXk/T2mH1YVuABI/AAAAAAAABx8/lrJ8LZPn7tI/s1600/danau.jpeg 
·         Danau Huron di Kanada.
·         Danau Stanley di Idaho.
·         Danau Michigan di Michigan

11.                         Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di ruang antar batuan atau celah-celah batuan di bawah permukaan bumi. Air tanah terbentuk dari air hujan yang meresap ke dalam tanah, kemudian terkumpul pada suatu lapisan yang tidak tembus oleh air (Impermeable).

A. Letak air tanah
Air tanah dikelompokkan menjadi dua macam :
1.  Air tanah dangkal (Freatik)
Air tanah dangkal adalah air tanah yang terjadi dari air hujan yang meresap ke dalam tanah dan berkumpul di atas lapisan kedap air yang paling dekat ke permukaan bumi. Kedalaman air tanah freatik tiap tempat berbeda-beda dan penampang air tanah di setiap tempat juga berbeda-beda.
2.  Air tanah dalam (Artesis)
Air tanah dalam adalah air tanah yang berada pada batuan yang porus (lolos air). Lapisan air tersebut berada di antara dua lapisan batuan yang tidak tembus air. Apabila seseorang membuat sumur  sampai pada air tanah dalam, maka sumur tersebut relatif tidak akan mengalami kekeringan walaupun pada musim kemarau. Air tanah dalam memungkinkan untuk menjadi sumber air artesis, yaitu apabila mendapat tekanan yang cukup tinggi.

B. Kedalaman air tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedalaman air tanah preatis (tanah atas) antara lain:
1)      Kemiringan lereng.
2)      Tanaman penutup tanah.
3)      Permeabilitas tanah.
4)      Jarak tempat dengan danau atau laut.

C. wilayah air tanah
Secara vertikal tanah terbagi atas tiga wilayah,
a.       Wilayah terpengaruh udara, terdiri :
1)      Air bunga tanah
2)      Air dalam perjalanan
3)      Air karena kapiler
b.      Wilayah jenuh air atau air tanah (sumur)
c.       Wilayah aliran dalam batuan (air dalam)

12.                         Air tanah berdasarkan asalnya
Berdasarkan sumber atau asalnya, air tanah dapat dibedakan menjadi,
1)      Air tanah Vardos, yaitu air tanah yang bersumber dari atsmosfer.
2)      Air tanah Juvenil, yaitu air tanah yang bersumber dari magma.
3)      Air tanah Tuber, yaitu air tanah yang bersumber dari sedimen.

Usaha-usaha untuk melestarikan air tanah
1.      Reboisasi (penghijauan)
2.      Mencegah penggundulan hutan
3.      Pengambilan air tanah secara tidak berlebihan
4.      Tidak membuang sampah atau limbah industri sembarangan

Manfaat air tanah
1.      Sumber air bersih yang alami untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat.
2.      Untuk pengairan dengan jalan mengebor atau memompa air artesis.
3.      Sumber air untuk keperluan industri.
4.      Objek wisata, misal mata air panas, geyser, dan traventin.
5.      Mata air panas yang bercampur mineral (belerang) digunakan untuk tempat mandi untuk menyembuhkan penyakit kulit.

Manfaat air permukaan tanah
1.      Untuk air minum dan keperluan sehari-hari.
2.      Untuk pengairan sawah.
3.      Untuk usaha perikanan.
4.      Untuk PLTA.
5.      Untuk sarana transportasi.
6.      Untuk sarana olahraga, misalnya arum jeram.
7.      Sebagai objek wisata.

13.                         Penyebab terjadinya pencemaran air tanah dangkal

1. Erosi dan curah hujan yang tinggi.
 2. Sampah buangan manusia dari rumah-rumah atau pemukiman penduduk.
 3. Zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dan sebagainya.

14.                         Penurunan muka air tanah
            Penurunan muka air tanah yang dapat dipengaruhi akibat gempa yang mengakibatkan rekahan – rekahan pada permukaan tanah sehinggan air tanah tersebut turun atau meresap ke lapisan tanah di bawahnya.
            Penurunan muka air tanah akibat pemompaan dalam skala besar,sehingga mengakibatkan penurunan yang drastis pada water level tersebut.
            Penurunan muka air tanah akibat eksploitasi lahan.Dengan maraknya pembukaan lahan perumahan serta gedung-gedung perkantoran,mempersempit area infiltrasi air hujan yang turun sehingga,debit air tanah yang diambil dalam skala besar tidak balance (tidak seimbang antara air yang diambil dengan debit infiltrasi hujan kedalam tanah.
            Dengan bemikian dapat kita simpulkan,bahwa penurunan muka air tanah sangat erat hubungannya dengan intrusi air laut. Sehingga bila dibiarkan berkelanjutan akan terjadi ”land subsdance” (amblesan tanah).
            Untuk masalah penurunan muka air tanah ini,telah banyak metoda yang di terapkan,seperti pembuatan Sumur resapan dan lobang biopori
. kebutuhan pokok sehari-hari dengan kriteria:
  • Penggunaan air tanah dari sumur bor dengan diameter < 2 inchi
  • Penggunaan air tanah dengan tenaga manusia dari sumur gali
  • Penggunaan air tanah kurang dari 100 m3/bulan per kepala keluarga
  • Penggunaan air tanah dari sumur bor dengan diameter < 4 inchi dengan pengambilan kurang dari 100 m3/bulan
2.Pertanian Rakyat, dengan criteria:
  • Pemakaian tidak lebih 2 liter/detik per kepala keluarga
  • Tidak mengganggu kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat setempat
  • Sumur di areal pertanian jauh dari pemukiman.
15.                         Upaya Pengelolaan Air Tanah
            Pengelolaan air tanah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian daya rusak air tanah. Kegiatan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kelestarian, kesinambungan ketersediaan serta kemanfaatan air tanah yang berkelanjutan. Berikut ini adalah landasan dilakukannya pengelolaan air tanah :
  1. Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan penghidupan rakyat Indonesia, mengingat fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup.
  2. Air tanah harus dikelola secara bijaksana, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
  3. Pengelolaan air tanah secara teknis perlu disesuaikan dengan perilaku air tanah meliputi keterdapatan, penyebaran, ketersediaan, dan kualitas air tanah serta lingkungan keberadaannya.
  4. Pengelolaan air tanah wajib mengacu kebijakan pengelolaan air tanah pada cekungan air tanah, kebijakan ini mengacu pada UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air (SDA)
  5. Kebijakan pengelolaan air tanah ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
  6. Pengelolaan air tanah perlu diarahkan pada keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah yang terintegrasi dalam kebijakan dan pola pengelolaan sumber daya air.
  7. Kegiatan utama dalam pengelolaan air tanah yang mencakup konservasi dan pendayagunaan air tanah diselenggarakan untuk mewujudkan:
  • Kelestarian dan kesinambungan ketersediaan air tanah
  • Kemanfaatan air tanah yang berkelanjutan 
16.                         Rawa
            Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang penggenangannya daat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi)
Jenis-jenis rawa :

a. Swamp
Lahan basah yang selalu digenangi air dengan jenis tumbuhan yang hidup seperti lumut, rumput-rumputan, semak-semak, dan tumbuhan jenis pohon.
b. Marsh
Seperti swamp, tetapi tumbuhannya didominasi oleh jenis lumut-lumutan, rumput-rumputan, dan alangalang.
c. Bog
Lahan basah yang permukaan tanahnya relatif kering, sedangkan di dalam tanah bersifat basah dan jenuh air. Genangan yang dangkal hanya terlihat di beberapa tempat.
d. Rawa Pasang Surut
Jenis rawa ini, sumber airnya berasal dari pasang surut air laut. Tumbuhan yang hidup subur di jenis rawa pasang surut adalah bakau.

e. Hutan rawa air tawar, memiliki permukaan tanah yang kaya akan mineral. Biasanya ditumbuhi hutan lebat;
f. Hutan rawa gambut, terbentuk dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang proses penguraiannya sangat lambat sehingga tanah gambut memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi;
g. Rawa tanpa hutan, merupakan bagian dari ekosistem rawa hutan. Namun hanya ditumbuhi tumbuhan kecil seperti semak dan rumput liar.
17.                         Klasifikasi Laut
Menurut terjadinya :
Laut Transgresi
            Laut yang meluas, terjadi karena daratan rendah yang tergenang oleh air laut. Pada perairan Indonesia terdapat dua wilayah yang merupakan termasuk laut transgresi yakni Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul.
Laut Ingresi
Laut yang dalam, terjadinya karena dasar laut mengalami penurunan. Pada perairan Indonesia laut – laut yang merupakan jenis laut ingresi adalah: Laut Banda (kedalaman 7.440 meter), Laut Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi. Di luar Indonesia perairan laut yang merupakan jenis laut ingresi adalah: Laut Jepang (kedalaman 4.000 meter), Laut Karibia (kedalaman 5.505 meter).
Laut Regresi
Laut yang menyempit, terjadinya karena menyempitnya luas permukaan laut karena kegiatan erosi dan sedimentasi yang tiada henti-hentinya serta berlangsung selama berabad-abad mengakibatkan semakin meluasnya dataran pantai. Pada perairan Indonesia

Menurut kedalamannya
Zona pesisir (littoral zone)
Wilayah laut antara garis batas air pasang naik dengan garis batas air pasang surut. Wilayah ini tergenang pada saat pasang naik sedangkan pada surut wilayah ini tidak tergenang air laut.
Zona laut dangkal (neuritic zone)
Wilayah laut yang dangkal antara batas pasang surut sampai kedalaman 200 meter. Zona ini kaya akan ikan dan tumbuh-tumbuhan laut, karena masih terdapat sinar matahari yang menyebabkan fotosintesis dapat berjalan baik (matahari dapat menembus air laut hingga kedalaman 90 meter). Pada zona ini pula plankton dapat tumbuh dengan subur karena terdapat banyak oksigen, dan masih terdapat ombak yang menyebabkan tersebarnya plankton sebagai makanan utama ikan.
Zona laut dalam (bathyal zone)
Wilayah laut yang dalam dengan kedalamannya antara 200 meter hingga kedalaman 1.000 meter. Karena sinar matahari sudah tidak dapat menembus zona ini maka tumbuhan mulai berkurang namun binatang masih banyak terdapat di wilayah laut ini.
Zona laut sangat dalam (abyssal zone)
Wilayah laut yang kedalamannya lebih dari 1.000 meter, zona ini merupakan zona yang sangat gelap sehingga sudah tidak terdapat lagi tumbuh-tumbuhan yang dapat hidup, namun masih ada binatang – binatang yang dapat hidup pada wilayah yang memiliki organ yang dapat menimbulkan cahaya sendiri.

Menurut letaknya
Laut tepi
Laut yang terletak di tepi benua dan dipisahkan dari samudera oleh pulau-pulau. Perairan laut yang termasuk ke dalam klasifikasi laut tepi antara lain : Laut Jepang, Laut Cina Selatan, Laut Utara
Laut tengah
Laut yang terletak diantara benua – benua. Perairan laut yang termasuk ke dalam klasifikasi laut tengah antara lain : Laut tengah, Laut Australia, Laut Karibia, Teluk Meksiko.
Laut pedalaman
Laut yang hampir seluruhnya di kelilingi dengan daratan. Perairan laut yang termasuk ke dalam klasifikasi laut pedalaman antara lain : Laut Baltik, Laut Hitam, Laut (Danau) Kaspia.

18.                         Morfologi Dasar Laut
Landas Kontinen (Continental Shelf)
Wilayah laut yang dangkal disepanjang pantai yang kedalamannya kurang dari 200 meter dengan sudut kemiringan lereng kira-kira 0,4%
Dangkalan (Plat)
Merupakan perluasan dari landas kontinen dengan kedalam lebih kurang 200 meter dan masih merupakan kelanjutan benua.
Lereng Benua (Continental Slope)
Merupakan kelanjutan dangkalan dengan sudut kemiringan lereng 4% hingga 6%
Dasar Samudera (Ocean Floor)
Dasar Samudera terdiri atas,
    1. Dasar Samudera Landai (Deep Sea Plain)
Dasar laut dengan kedalaman lebih dari 1000 meter, bentuk dasar laut landai.
     2. Laut Dalam (The Deeps)
Dasar laut dalam yang berbentuk palung laut.
Relief Dasar Samudera (Ocean Floor) membentuk pola dasar samudera dengan berbagai macam tipe, yakni:
  1. Gunung Laut
  2. Gunung Dasar Laut
  3. Guyot
  4. Punggung Laut
  5. Ambang Laut (Drempel)
  6. Lubuk Laut (Bekken / Basin)
  7. Palung Laut (Trog)
19.                         Pantai

            Pantai dalam istilah bahasa inggris bisa berarti coast, beach dan sejenisnya. Batas atau lebar pantai secara eksak sulit untuk didefinisikan, apakah lebar pantai 100 m, 200m dan sebagainya.

            Daerah pantai umum nya dipelajari di Coastal ( Engineering, Management ) yaitu daerah daratan yang dekat dengan laut. sedangakan hidrografi pada umum nya mempelajari perairan yang lebih masuk kelaut dibanding coastal. untuk memberikan gambaran ilmu lain yang bersinggungan dengan hidrografi disamping coastal adalah oceanografi. oceanografi mempunyai daerah study lebih jauh lagi dari daratan dibanding kan dengan hidrografi.

http://3.bp.blogspot.com/-odmcBs8TVnc/Tvqi5V1OzyI/AAAAAAAAAgQ/A6zpBQZYszY/s1600/1.jpg
daerah pantai

 pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya, yaitu menjadi:
  1. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.
  2. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan menjadi:
    1. Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.
    2. Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai tersusun oleh gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal di Yogyakarta
  3. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai.  Di daerah tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah mangrove, sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.
Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi:
  1. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu (rocky shore).
  2. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy beach maupun gravely beach.
  3. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai mangrove.
Kemudian, bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi:
  1. Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal. Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir.
  2. Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir.

Tidak ada komentar:

..:: Perhatian !! terima kasih atas kunjungannya, jangan lupa kalau mau copy/paste harap cantumkan sumbernya by http://www.sangmancunian.blogspot.com .. semoga bermanfaat::..
ATAS
BAWAH